Rasanya aku ingin selalu bertemu dengannya.

Berlama-lama dalam menatap matanya.

Duduk bersebelahan dengannya. Melahap habis semua senyuman yang ia berikan. Lalu diam-diam aku bahagia.

Iya, terkadang aku cemburu dengan tas yang selalu ia kenakan. Begitu lekat, begitu dekat. Tak pernah jauh darinya. Masa iya? Aku harus menjadi benda mati lebih dulu agar bisa terus denganmu?

Beginilah perasaan seorang teman yang menyukai teman lainnya. Cemburunya aneh, marahnya aneh, sayangnya juga aneh. Anehnya, akan selalu ada alasan untuk tidak menyampaikan.

Hanya mampu berharap kejadian yang dialaminya akan berakhir indah seperti cerita-cerita bagus dalam novel.

Begitu sulit mencintai seorang teman sendiri, terlebih lagi kita telah menganggapnya teman dekat yang mungkin dia menganggap kita adalah sahabatnya yang tidak akan mungkin menjadi pacarnya.

Dalam ucapan ‘semangat’ karena dia dekat dengan yang lain tersimpan rasa menyesal.

Dalam ucapan ‘Kamu yang kuatya’ karena dia telah berpisah, terdapat rasa kemungkinan secercah harapan untuk kita.

Hanya ada satu pilihan untuk kita yang sedang mencintai teman sendiri, yaitu: Putus. Putus pertemanan, atau, putus pertemanan lalu melanjutkan ke jenjang selanjutnya.

2 tanggapan untuk “Mencintai teman sendiri.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s