Pesan Ayah

Terimakasih telah hadir memenuhi catatan dikehidupanku, kalian adalah bagian paling hebat dari sebuah cerita tentang aku.

Dhito, pria tampan sang pangeran dari rumahnya gurun, berwajah Arab kekinian. Kamu adalah anak Ayah yang paling tampan, menjadi yang paling tua dari kedua adikmu. Kau punya sifat seperti Ayah, bertanggungjawab, sekuat tenaga melindungi adik-adiknya menjauh dari kesusahan, tipe anak pertama sekali kamu nak.

Rhima, Ayah ingat kenapa Ayah menghadiahkan namamu itu. Waktu Ibu mengandung, dia bilang kamu menendang-nendang perut miliknya hanya ketika Ayah melantunkan sebuah pantun. Dan lihat dirimu sekarang, kamu seperti sebuah hikayat melayu yang berdendang seirama sebuah suling berbambu kuning, begitu indah; begitu menenangkan.

Nana, gadis paling kecil dan manja. Senyumanmu melelehkan, meluluh lantakkan lelah, kamu adalah sebuah bayaran dari kerja keras Ayah selama ini. Bersama kamu, menimbulkan rasa ingin melindungi, walau sedikit rewel ketika keinginannya tidak terpenuhi, manjamu sungguh menggemaskan.

Maafkan, Ayah hanya meninggalkan sebuah kalimat, belum bisa menjadi Ayah yang paling membanggakan. Setiap detik yang Ayah habiskan selalu berniat dari kalian, hingga menutup detik membuka lembaran baru dalam dunia berbeda.

Pesan Ayah: Buat Dhito, jangan terlalu kaku menjadi seorang pria, kamu boleh mendekati wanita yang kamu suka tapi ingat, pastikan dia adalah perempuan yang mencintai keluargamu dan keluarga kita. Buat Rhima, tak akan ada yang mampu menghalangi cita-citamu menjadi penyanyi, suaramu merdu, Ayah akan menjadi salah satu banyaknya penonton yang akan menontonmu meski bukan dari riuhnya penonton di bawah panggung melainkan dari atas surga. Terakhir, Nana, tumbuhlah menjadi anak yang rendah hati, punya banyak teman, dan keluar rumah itu yang terpenting. Dan buat kalian semua, Ayah akan pergi, kini tinggal Ibu, jaga dia demi Ayah.
Kalian akan kehilangan Ayah sebentar lagi, penyakit ini semakin meluas, rasanya tak tertahankan, Ayah akan segera pergi, jangan menangis semua ini semata Tuhan sayang pada Ayah, beliau tak ingin Ayah terlalu dalam merasakan sakit yang keterlaluan, ikhlaskan Ayah padanya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s