Mungkin ini skenario tuhan yang paling terbaik untuk kita. Aku juga tak menginginkan ini tapi seperti inilah yang akan terjadi. Perjodohan ini akan tetap terlaksana, kamu adalah pria yang baik dan waktu yang kita lalui begitu menyenangkan, namun jika bisa waktu terulang aku tak mau kita berjumpa tatkala aku tau bahwa kita akan berpisah.
Kamu taukan, apa yang paling berat di dunia ini? Yaitu amanah. Apalagi yang memberi amanah ku ini adalah seorang ayah yang telah berada di surga sekarang. Ayahku memintaiku untuk menikah dengan seorang pria dari anak seorang kerabat dekatnya, yang aku malah tak mengenalnya sama sekali.
Aku yakin, kamu bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari aku, klise memang tapi semoga doa itu menjadi sebuah kenyataan.
Jikalau kau berpikir aku merasa tak sedih, justru aku merasa menjadi wanita paling malang se-dunia ini. Aku yang dahulu sungguh mencintai seorang pria sepertimu kini harus memaksakan kehendak akan hidup selamanya diikat tali pernikahan oleh pria yang tak kukenal.
Kini kita harus saling mengikhlaskan, antara apa yang telah menjadi kenangan diantara kita berdua, kau juga harus mencari penggantiku. Obat dari patah hati adalah mencari hati yang baru, terkesan mudah diucapkan namun aku tau itu sulit dilakukan.
Dalam pertemuan kita kemarin aku memberikan mu sebuah pesan undangan, di atas meja yang berlapis kaca aku menyeretnya ke arahmu. Aku melihat matamu, lelaki tak pernah menangis jika dia menangis aku yakin airmata itu adalah sebuah keyakinan, definisi dari ketidakpercayaan, potret nyata dari sebuah kesedihan.
Aku tak kuat memeragakan skenario Tuhan bagian ini, aku memeluk tubuhmu seakan aku tak mau melepasnya, itu adalah pelukan erat paling serius yang selama ini aku pernah lakukan. Bendungan airmataku pecah membasahi bahu bajumu, aku merengek bak anak kecil yang keinginannya tak dikabulkan.
Tak satu kalimatpun keluar dari mulutmu, kau sedikit mendorong tubuhku menjauh dari tubuhmu yang aku yakin kau tak mau berlama-lama bersendu yang justru malah menyakitimu. Kau mengusap airmataku yang menyentuh pipiku tanpa permisi lalu kau memberikan kecupan hangat di dahi ku pertanda kita harus mengakhiri pertemuan kita; mengakhiri hubungan kita.