Aku berdiri di hadapan mu lalu kau mulai percakapan ini.
Bahkan, diri mu sendiri tidak tau siapa diri mu.” Dilemparkan pertanyaan tersebut dengan gamblang.

“Tidak, aku adalah orang yang paling mengerti diri ku.” Aku tau kenapa kalimat itu dia lontarkan kepadaku, sejak aku berkenalan dengan pria itu, diri ku yang dulu seakan memudar, pandangan lingkungan pertemanan ku juga berubah, sepeninggal orangtua yang berturut-turut memang membuat ku merasakan patah hati terhebat dalam hidup ku dan, tak ada patah hati yang tidak merubah pemiliknya.

Coba aku ingin dengar, siapa diri mu yang sebenarnya?”

“Aku hanyalah wanita yang sedang jatuh cinta. sudah.” Jawab ku cepat.

“Bukan! Kau adalah seorang perusak rumah tangga orang!”
Begitu terngiang di kepala ku, aku hanya mampu memalingkan wajah ku. Tak ada yang salah dari perkataannya, aku memang perusak rumah tangga orang.

Nama pria tersebut adalah Heri, seorang pria yang ku jatuhi hati, seorang bos di kantor ku, seorang suami dari istrinya, dan seorang ayah dari satu anak laki-lakinya.

Aku memegang kalung pemberian Heri kepada ku, begitu elok, berwarna putih mengkilap, ku pakai diam-diam agar tak menimbulkan curiga, setiap kali aku menggenggam kalung ini setiap itu pula aku tersenyum dan setiap itu pula aku terkenang masa itu. Masa di mana aku menerimanya.
Kalung ini adalah kado dari apa yang kami sebut anniversary, Heri dengan setelan jas kantornya mendatangi indekos ku dengan tiba-tiba, dengan membawa harapan dari kejutan.
‘Kejutan.’ Katanya kepada ku sambil menyodorkan seikat bunga, aku lupa entah berapa lama aku tidak mengadegankan peran seperti ini, aku lupa bagaimana harus berekspresi, aku hanya menyimpulkan senyum diwajah ku dan berjalan sedikit terhunyai ke arahnya lalu menangkap tubuhnya dengan penuh hangat.

Perjalanan kantor yang menghabiskan waktu tak sebentar menjadi alasan Heri kepada istrinya, aku merasa bersalah namun hati kecil ku juga merasa senang, tak pernah dalam hidup ku akan ada orang yang mem-spesialkan ku seperti ini.

“Kenapa tak ada penyangkalan? Ternyata benar ya, perempuan ini adalah seorang perusak rumah tangga orang, apa ya yang biasa oranglain bilang sebutan untuk orang seperti dirimu, aha! Aku ingat, perempuan simpanan!”

Emosi ku memuncak, tak tahan ingin menyemprot orang ini dengan kalimat-kalimat kasar.
“Kamu kenapa? Mencoba ingin memarahiku? Kau sendiri tau pria itu akan segera memiliki anak lagi, istrinya sedang hamil muda, janji yang ingin dia tepati akan kandas, dan kau … selamanya hanya simpanan.”
Aku menutup muka ku rapat-rapat, dari dalam, jantung ku berdetak tak beraturan kencang dari dalam situ seperti ada yang memanas, seperti ada yang ingin meledak, ternyata itu adalah airmataku. Heri memang pernah mengucap janji akan menjadikan aku satu-satunya perempuan miliknya tapi bukannya kabar perceraiannya yang aku dapati yang ada malah kabar kehamilan istrinya, aku pun tak tega jika harus memaksa Heri memutuskan ikatan mereka saat istrinya sedang mengandung, mau bagaimanapun aku adalah perempuan sama seperti istrinya mengerti yang dinamakan dengan dicampakkan, mau tidak mau anak itu adalah bagian dari Heri, pria yang kujatuhi hati tapi tak pernah ku dapati.

“Akan ku pertanyai kau sekali lagi, apakah kau tau siapa dirimu sebenarnya?”

kali ini aku tak dapat berkata-kata lagi, aku benar-benar merasa telah dipermainkan dari pipiku yang basah mengingat betapa hina nya aku, mencintai suami orang, mengharapkan perceraian, dimadu dengan alasan pekerjaan, dan bahagia anehnya. Dengan begitu kesal aku melempar orang yang sedari tadi menghujani ku dengan kata-kata di hadapan ku ini lalu … serpihan kaca cermin yang berserakan jatuh menyentuh lantai.

3 tanggapan untuk “Yang sebenarnya

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s