Mataku terbelalak ketika ku temui kau di sebuah ruangan sedang berhadapan dengan pria lain saling berbagi tawa tak sadar aku tersedia di sana.

Tangan ku mengepal, rasa amarah menyelimuti memenuhi dada ku meledak-ledak ingin ke pelampiaskan ke wajah lelaki itu.
Aku memanggil namamu, kau melihat ke arah ku muka mu melukiskan kejut bak ketika mendapat kado saat kau berulang tahun yang ke-17 kau menghampiriku yang terpenuhi amarah. Tak usah kau jelaskan apa-apa, semuanya sudah jelas kau berselingkuh!

Kau tahan tubuhku agar tak sampai mendekati pria itu, semakin aku memaksa melangkah mendekati pria itu semakin deras pula airmata mengalir di pipi mu. Aku melihat mu lamat-lamat, se-sayang itukah kau dengan dirinya hingga benda sakral itu mekar dari kelopak matamu. Aku menghentikan langkahku, membalikkan badanku menghilang di keramaian gemintang melawan arus angin di atas motor kendaraan ku.

Ku tarik dalam-dalam gas motorku melaju hingga mataku memerah, isi kepalaku hilang sudah rasionalnya bersama dengan detik terakhir sebuah penghujung hari lalu berhenti tak sadar aku sudah terlampau jauh.

Ku keluarkan kembali kotak berwarna merah yang akan ku berikan kepadamu, seharusnya aku yang memberimu kejutan di hari kau terlahir di atas bumi ini namun aku lah yang kau beri kejutan. Terimakasih sudah susah payah menyiapkan skenario untukku.

Bersandiwara seakan aku adalah pria paling yang kau cintai diam-diam kau melakoni cerita lain dengan aktor yang kau anggap paling nyata.

Tinggalkan komentar