Ku lihat lagi jam yang tertera di pergelangan ku. Sudah sejam ku menunggu selesainya polesan di wajah mu selesai, aku tidak tau kau sedang melukis apa disana yang aku tau tanpa gradasi warna-warna itu kau tetap cantik. Seriusan.
Kamu adalah perempuan baru setelah patah hatiku, tunas yang merekah dari sisa-sisa bangkai kenangan. Aku sudah melupakan dirinya, tolong percayalah padaku.
Malamnya terlihat tidak mau kalah dengan mu, bulan bersinar dengan terang, bintang menunjukan pesonanya, malam ini seakan mengadu dan mencoba mengatakan kepada ku bahwa, “Aku lebih indah.”
Mata ku berhenti ketika mendengar suara lankah kaki yang mendekat kepadaku, kamu cantik bahkan malam saja kalah. Agar terlihat biasa aja, aku mulai bertanya,
“Kita mau kemana?”
“Ke KUA boleh ga?”
“Hahaha, boleh saja. Asal….”
“Asal apa?”
“Asal kalau kamu dandannya gak pakai lama hahaha.”
Kita mengendari motor menembus dinginnya udara kota, tangan mu melingkar di tubuh ku menawarkan kehangatan yang berbeda. Menambatkan hati setelah karam memang sangat sulit, bersamamu mungkin akan lebih mudah karena kau adalah navigator yang mampu membawa aku, eh salah, membawa kita ke pulau bernama: Kebersamaan.
Setiap detik tergambar dengan baik di ingatanku, kau duduk anggun di depan ku, memesan pesanan, lalu menunggu pesanan kita datang. Cukup ganjil emang, berkencan di rumah makan nasi padang, seperti kurang romantis saja. Pilihan yang unik asal usul darimu.
Jika oranglain berkencan ditemani oleh lilin yang terbakar atasnya, diiringi musik-musik romantis, tempat sunyi mendukung suasana. Kita, malah berkencan di rumah makan nasi padang, di atas meja hanya ada kobokan, diiringi nyanyian pengamen yang silih berganti dan suasana yang tercipta bukan ingin beromantis-romantisan tapi malah ingin ngomongin politik.
Aku jadi ingat malam pertama yang ku habiskan dengan si mantan kami juga ngomongin politik Indonesia, maaf aku tidak sengaja. Memoriku yang tiba-tiba terputar kembali tanpa terencana. Ah, bagaimana bisa aku memikirkan dia sedangkan di depan ku sudah ada hati yang harus ku jaga agar warnanya tak pudar karena aku yang berubah tak karuan mengingat mantan.
“Kamu kenapa?”
“Enggak papa kok.”
“Oh yaudah, dilanjut makannya.”
Kau melemparkan senyum kepadaku, aku terima senyum darimu dengan hati-hati takut bahwa kau bakal memereteli isi kepalaku yang tanpa ku sangka teringat akan dia. Aku melanjutkan makan ku, menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkan nya. Aku ambil bagian dari nasi yang sudah tersedia di depanku, selangkah menuju mulut tertangkaplah suara.
“Kamu lagi mikirin dia ya?”
Aku terpatung.
Seolah, ada waktu yang tidak berjalan.
.
.
Agoraphobia
(n) Takut akan tempat atau peristiwa di mana seseorang akan tidak dapat melarikan diri atau ketika bantuan tidak tersedia.Cerita ini bercerita tentang seseorang yang merasa sudah mampu berlari sangat jauh tapi yang terjadi adalah dia hanya berputar-putar dan berputar.