Kita semua tahu, dibalik kata. “Aku mau ngomong sesuatu, tapi kamu jangan marah ya….” Pasti telah terjadi sesuatu dan kalimat selanjutnya pastilah tidak mengenakan.

“Aku mau putus.” Suara angin malam berhembus kala itu, dinginnya menusuk ke dalam hati berubah menjadi gelap. Dalam kondisi ini, tolong jangan lihat muka ku akan ku coba sebiasa mungkin agar terlihat kuat tapi aku tak mampu.

“Putus bukanlah akhir dari segalanya, kita masih bisa jadi sahabatan kok.” Sahabat katamu, mana sanggup aku berada di dekatmu yang sedang bersama pacar barumu, memadu kasih, mencium kening, saling memeluk jari. Sudah gila kamu ya!

“Aku bertemu dia satu bulan lalu.” Satu bulan. Kita sudah bersama satu tahun dan kau berpaling dengannya yang baru mengenalmu satu bulan. Berkampanye menebar janji apa dia hingga kau tergiur, harta? Kesetiaan? Cinta yang tak akan padam? Oh iya, mungkin itu sebabnya kau pergi, aku tidak punya apa-apa yang bisa ku janjikan karena yang ku punya adalah usaha besok kau akan jatuh cinta padaku untuk kesekian kali lagi.

“Aku minta maaf,” Simpan saja maaf mu, aku hanya tersakiti bukan terkasihani. Mencintaimu adalah pekerjaan yang aku tidak ingin ada kata istirahatnya, hingga kau memecat ku sekalipun pasti ada setitik kesalahan ku disana.

“Terima kasih untuk satu tahunnya.” Aku yang seharusnya berterima kasih kepadamu. Aku telah merasakan namanya paket komplit: Mencintai, dicintai, tersakiti, dan menangis. Kau ajak ku ke bulan lalu kau pulang ke pelukan orang lain.

“Kamu jangan lupa makan, jangan suka bergadang, sama kurang-kurangin minum kopi.” Entah kenapa, aku membiarkan mu seakan-akan itu adalah kalimat perhatian untuk terakhir kalinya kepadaku. Pipi tak setetespun basah namun dalam hati mengalir deras sungai air mata.

“Aku boleh peluk kamu untuk terakhir kalinya?” Sekali lagi, aku hanya bisa diam. Itu adalah pelukan terakhir kita.

Kepergianmu membawa semua perabotan kenangan di dalam hatiku. Setelahnya semuanya menjadi gelap. Tak ada lagi lampu yang menerangi, selimut yang menghangati dan kalimat rindu karena kangen rumah.

“KREEK”

Seperti ada yang patah, setelah ku lihat ternyata hatiku.

.
.
.

Cotard’s syndrome

Adalah sebutan psikologi untuk pengidap gangguan jiwa dimana si penderita mempercayai bahwa dia telah mati. Dalam cerita cinta, ini dianologikan hatinya yang telah mati. Terkubur dalam-dalam berbicara lewat doa.

Adalah sebutan psikologi untuk pengidap gangguan jiwa dimana si penderita mempercayai bahwa dia telah mati. Dalam cerita cinta, ini dianologikan hatinya yang telah mati. Terkubur dalam-dalam berbicara lewat doa.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s