Mungkin aku yang salah. Hanya mencintai wanita selain dirimu.

Aku akan menganggap ini sebuah mimpi, dimana seandainya cinta kita mekar dan tumbuh besar. Hingga sekarang, sampai kita tua. Lalu kita bercerita kepada anak-anak kita, dua anak kita, yang satu perempuan dan yang satu laki-laki.

Anak pertama kita laki-laki tiap hari kita panggil dia dengan nama Putra dan anak kedua kita bernama Putri, kenapa Putra dan Putri? Karena Ibunya adalah Ratu yang menguasai daratan hati milik suaminya yaitu aku.

Di malam sebelum tidur, kita memanggil mereka untuk mendekat. Hari itu agendanya adalah menceritakan kepada mereka potongan-potongan cerita saat kita berdua menikah.

Banyak orang yang bilang bahwa peristiwa pernikahan adalah peristiwa paling membahagiakan. Tapi itu ada yang kurang, yang lengkap adalah peristiwa paling membahagiakan sekaligus paling menggugupkan.

Ayah datang menggunakan jas berwarna putih dengan aksen motif bunga-bunga pilihan Ibu. Katanya, ayah tampan sekali menggunakan jas tersebut sampai-sampai membuat Ibu jatuh cinta untuk kedua kali.

Berjalan ditemani kakek, ayah akhirnya sampai dan duduk berhadapan dengan penghulu. Gugup nya minta ampun, ayah sampai salah dua kali. Pecah tawa di ruang tamu.

Setelahnya, untuk yang ketiga kali akhirnya para saksi mengatakan: Sah. Maka ayah cium kening Ibu, meski sudah pernah dicium, menciumnya saat pernikahan rasanya beda sekali. airmata ayah ingin memberontak ingin keluar, tampaknya mereka juga ingin merayakan kebahagiaan, entahlah. Tapi Ibu sudah menangis lebih dulu.

Pesta berlangsung menyenangkan, satu persatu teman menyalami. Sampai pegal kaki ini. Tak ada habisnya.

Setelah pestanya selesai, kita pulang kerumah ini. Ayah langsung tertidur karena lelah dan Ibu mengikuti canggung untuk tertidur juga. Eitss, jangan tanya kelanjutannya seperti apa, yang pasti adalah sesuatu kejadian yang kalian belum pantas dengar, terdengar anak-anak yang menjadi penonton kisah cinta ini kecewa. “Yahhh…”

Oke, sudah. Sekarang kalian tidur lagi.

Seiring cerita itu selesai dan terbaringnya anak-anak disitu jugalah aku tersadar. Bahwa ini hanya mimpi. Dan tak mungkin akan menjadi nyata.

Semoga apa yang ku mimpikan menjadikan kenyataan, meski sosok ayah dalam cerita tersebut pemerannya bukanlah aku.

4/23/2019

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s