Sekedar perjalanan ke masa lalu, segelintir orang merasa perlu dan sebagiannya lagi ingin melupakan kenangan dan menguburnya dalam-dalam. Cinta yang indah, cinta yang suci, dan cinta yang membutakan berubah menjadi benci yang nyata, benci yang keterlaluan, dan benci karena kita telah berubah.

Cinta selalu lah seperti ini, tiba-tiba rindu untuk orang yang tidak boleh dirindukan. Bosan setelah sekian lama berbagi memori kenangan. Jatuh cinta kepada orang salah. Salah, aku yang salah. Diam hingga akhirnya kau bersama dengannya.

Diam, aku sudah tak punya hak atas dirimu lagi. kemudiku telah kau cabut dari dirimu dan menggantinya dengan milik kekasihmu. Terkadang aku lupa, kenyataannya sudah seperti itu. Wajar, jika kau menolak untuk dikemudikan. Kemudi yang sebenarnya telah aku siapkan agar kita menuju pulau indah dimana kau menjadi ratunya bersama kita menuju titik paling bahagia untuk kita.

Kamu berubah!

Memori ku yang tersimpan tentang dirimu adalah memori masa lalu. Memori yang setiap detiknya seperti tak mau terlewat tanpa dirimu. Memori ketika dia belum datang dengan sejuta angan, bualan, dan gombalan. Dan kau membandingkan.

Dibandingkan.

Tak ada orang yang suka dibandingkan, dia lebih cekatan, dia lebih perhatian, dia lebih, lebih, lebih, lebih, lebih, lebih, lebih, lebih. Kata lebih membawa perih, tak ada orang yang tahan mendengarkan kata itu berulang-ulang. Lalu, ada kalimat yang akhirnya keluar dari buah kebencian.

“Ya sudah, jika dia lebih, lebih baik kau bersamanya.”

Setelahnya, penyesalan datang. Cinta berubah menjadi beda, beda berubah menjadi benci, benci berubah menjadi sesal, dan sesal berubah menjadi ikhlas.

4/20/2019

3 tanggapan untuk “Siklus

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s