Di jaman gue smp, memiliki status pacaran adalah hal yang wajar waktu itu. Meski tergolong anak yang cukup ganteng, mendapatkan pacar ternyata hal yang sulit buat gue, karena sifat gue yang pemalu.

Waktu SMP gue pernah nembak cewek lewat sms dan jawaban yang gue terima adalah ditolak, alasannya adalah karena kami belum saling mengenal. Iya, kami belum saling mengenal, bahkan tidak saling kenal. Gue tau dia dari temen gue di kelas, begitu juga dengan nomer handphone nya. Dan dia, tidak tau siapa gue, yang dia tau adalah: dia mendapat pesan dari nomer yang tidak dikenal yang isinya adalah “Kamu mau gak, jadi pacar ku?”. Segitu ingin nya gue mengakhiri masa kejombloan gue waktu itu.

Itu adalah pengalaman pertama kali gue ditolak sama cewek, semoga aja cewek, bisa aja temen gue yang ngasih nomer nih orang ternyata adalah cowok. Iya juga ya, baru kepikiran gue. Pokoknya itulah, pengalaman gue ditolak sama orang, entah itu cewek ataupun cowok.

Patah hati merubah seseorang, akibat penolakan itu gue engga jadi percaya kalo ada orang yang nyaranin “Sama ini aja, sepertinya kalian cocok.”

Setelah itu, entah dari mana asalnya, gue langsung mendapatkan motto untuk gue tetap melanjutkan nih hidup yaitu, “Kita engga mati walau tidak bersama perempuan, hidup jomblo. HIDUP.” Sesaat gue meneriaki motto ini tiba-tiba air mata gue jatuh tanpa sadar. Tragis…

Dua tahun kemudian, tidak terasa gue udah mau lulus aja dari SMP. Gue saat itu ikhlas kok, kalo gue lulus tidak membawa cerita apapun ke masa SMA. Hingga pada akhirnya saat itu tiba, saat dimana gue berpotensi dekat dengan seorang perempuan namanya, kita sebut saja anu.

Anu adalah perempuan baik-baik, terbukti ketika bersekolah dia selalu dalam keadaan memang ingin bersekolah. Berbeda dengan si kris, waktu dia bersekolah keinginannya adalah pulang sekolah. ‘Rob pulang yuk.’ Katanya ke gue, padahal saat itu masih pagi, musik senam juga baru di setel.

Darimana gue tau kalo anu suka sama gue? Jawabannya adalah dari temen-temennya si anu sendiri yang ngomong langsung ke gue.

‘Rob, gue mau ngomong sesuatu ke kamu’ kata temennya anu ke gue pas jam istirahat dikantin.

‘Apa tuh?’ kata gue sambil menyedot minuman rasa warna-warni.

‘Hm.. gimana ya, ini soal si anu, tapi aku gatau nih boleh ngomong ini ke kamu apa enggak…’ jawabnya. Ini adalah kondisi klasik, ketika cewek bilang: “aku gatau nih boleh ngomong ini ke kamu apa enggak.” Dalam hatinya sebenernya sudah tidak sabar ingin menyebarkan gosip yang dia simpan ini ke seluruh dunia, cuma biar terkesan mulutnya engga ember aja. Gitu…

‘Kalo engga mau ngomong, yaudah engga usah.’ Kata gue datar.

‘Um… di kelas aku, ada yang suka sama kamu. Namanya anu, ciee…’ kata nya sambil mencolek-colek tangan gue.

Gue diam, berekspresi: -_- dalam hati gue “Nih orang kenapa sih?”.

‘Ciee.’ Katanya lagi sok asik.

‘Bu ini uang nya.’ Kata gue memberikan uang dua ribuan ke ibu-ibu penjual minuman, meninggalkan dia dikantin.

Kelamaan menjomblo, membuat gue udah engga mau mikirin soal pacaran-pacaran lagi. Jadi jomblo, tidak buruk-buruk amat kok. Jadi, gue menganggap tidak serius ucapan temennya si anu itu ke gue.

Sekarang, gue udah menjadi mahasiswa, langit terlihat gelap di luar. Di kostan berdinding hijau ini, hape gue berdering tanda telfon masuk. Nomer tak dikenal terlihat di layar hape, ketika gue angkat malah dimatiin. Semenit kemudian hape gue berdering lagi, gue biarkan beberapa saat berharap siapapun yang iseng menelpon gue menyerah. Suara telfon semakin menganggu gue memaksa untuk diangkat.

‘Halo…’ kata seorang perempuan dari hape yang gue genggam. Dari suaranya, gue tau, dia adalah si anu.

‘Ha-halo.’ Kata gue membalasnya.

‘Kamu apa kabar?’ Tanya nya ke gue.

‘Baik.’ Jawab gue.

‘Lagi sibuk ya?’ Tanya nya ke gue lagi.

‘Lumayan sih.’ Jawab gue bohong, padahal sebenernya gue baru bangun tidur. Kenapa gue bohong, karena gue engga mau percakapan antara kami berdua menjadi panjang. Kenapa gue menolak memperpanjang obrolan kami, karena sekarang ada hati yang perlu gue jaga.

‘Yaudah deh, dah robby.’ Kata dia memelankan suaranya lalu mematikan telfonnya. Seperti ada sesuatu yang belum terselesaikan.

Sedikit aneh sih, si anu tiba-tiba menelpon gue setelah lima tahun berlalu, mungkinkah dia masih memendam rasa yang sama sampai sekarang?

Memori tentang si anu kembali terputar di kepala gue. Gue kembali mengingat kata demi kata si penyebar gosip yang engga mau terlihat ember itu. Gue melihat ke langit-langit kostan gue, seandainya waktu itu gue percaya kira-kira gue dan anu masih bersama engga ya sekarang? pertanyaan-pertanyaan mulai berdatangan menyerang ke kepala gue.

Gue memandangi hape gue, satu pertanyaan terakhir, ketika hape gue berdering lalu muncul nomer si anu lagi apa yang harus gue katakan? Gue memejamkan mata gue dan berharap waktu menolong gue ketika waktu itu tiba.

8 tanggapan untuk “Kau yang meninggalkan kebingungan.

  1. “Kita engga mati walau tidak bersama perempuan, hidup jomblo. HIDUP.”

    ini memang bener sih
    cuman ya gimana ya
    hidupnya SEPET amat

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s